Dikutip dari makalah Penerapan ICT dalam BK oleh Dr. Adi Atmoko, M.Si

Meskipun ICT secara luas mencakup pula media komunikasi massa seperti radio dan televisi, namun dalam pembahasan ini hanya dibatasi pada teknologi komputer dan jaringan internet yang, tentu saja, lebih difokuskan pada perangkat lunak dan fungsi-fungsinya daripada macam-macam perangkat keras. Barangkali, lebih spesifik, ditunjuk beberapa contoh yaitu program analisis data, sistem data base, power point, e-mail, face book, tele-conference, web dan blog. Kelebihan teknologi informasi adalah proses pengiriman dan penerimaan informasi yang lebih cepat, lebih luas sebarannya, lebih tahan lama disimpan, dan praktis serta efisien dari segi jutaan muatan informasi yang dapat disimpan ‘hanya dalam saku’ (dalam bentuk flashdisk). Bahkan kemajuan teknologi ini sudah mampu mengatasi batasan ruang dan waktu yang tentu sangat cocok bagi wilayah geografis Indonesia yang sangat luas dan terdiri dari kepulauan.

Pengembangan keilmuan merupakan proses yang memerlukan ketelitian, kesabaran dan akurasi sejak studi pustaka sampai pengujian hipotesis dan perumusan kesimpulan, dan komunikasi antar komunitas untuk penyebaran ilmu dan untuk saling koreksi dalam rangka penyempurnaannya.  Fungsi utama ICT bagi pengembangan keilmuan adalah fungsi percepatan (akselerasi) bagi terbentuknya struktur keilmuan BK di Indonesia yang kokoh (establish). Jika tanpa ICT mungkin memakan waktu sampai beberapa dekade, maka dengan ICT proses tersebut bisa dipercepat, tanpa mengurangi syarat kualitas yang dituntut sebagai suatu sains.

Untuk mempercepat wujud struktur keilmuan BK di Indonesia yang kokoh tersebut,  gagasan tentang pusat ICT BK Indonesia perlu segera direalisasikan. Asosiasi profesi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN) perlu memiliki web tentang Bimbingan Konseling Indonesia. Teknis nama, pembuatan, pengisian dan up dating, organisasi pelaksana dan biaya pemeliharaan perlu diputuskan sebagai kebijakan dan program kerja ABKIN. Pusat informasi dalam dunia maya ini dimaksudkan sebagai rujukan misalnya mencari sumber pustaka dan jurnal hasil penelitian, meningkatkan efisiensi proses penelitian terutama dengan pengumpulan data secara on line, komunikasi-publikasi keilmuan BK termasuk pengalaman-pengalaman praktisi BK seluruh Indonesia,  dan bahkan proses standaridasi praktik profesi BK di Indonesia.

Dalam jangka panjang pusat ICT BK ini akan membentuk suatu jejaring sosial bukan hanya komunitas BK, melainkan juga profesi lain terutama bidang pendidikan. Ia juga merupakan sarana promosi yang efektif dengan jangkauan sangat luas (mendunia), yang memungkinkan terbentuknya kerjasama baik kelembagaan ABKIN maupun perorangan anggota dengan berbagai institusi dan dengan komunitas berbagai disiplin ilmu. Jejaring tersebut memungkinkan terjadinya lalu lintas masukan, sumbang saran, dan pengumpulan karya ilmiah bidang BK semakin terorganisir dan mudah diakses serta digunakan bagi kemajuan keilmuan BK itu sendiri maupun praktik profesi BK. Tentu ini akan menimbulkan multiplier effect yang sangat mengesankan bagi keilmuan BK. Out come yang lain adalah muncul ketokohan para pemangku keilmuan BK dengan spesifikasi keahlian masing-masing, yang tentunya semakin menguatkan bangunan keilmuan BK Indonesia.

Setidaknya, pusat ICT yang kita gagas mencakup konten tentang visi & misi pengembangan keilmuan BK, organisasi pelaksana termasuk staf ahlinya, teori-teori yang telah ‘mapan’ di bidang BK maupun terkait BK, kearifan lokal yang berpotensi dikembangkan menjadi keilmuan BK, katalog temuan-temuan penelitian sejak paling awal sampai terbaru, beberapa pendekatan dan metode penelitian dalam BK baik kuantitatif maupun kualitatif, informasi yang terbaru kegiatan organisasi, prestasi-prestasi yang pernah dicapai, kebijakan dan peraturan pemerintah tentang pendidikan dan BK di Indonesia, dan berbagai informasi yang sangat diperlukan  bagi pengembangan keilmuan BK maupun profesi BK di Indonesia.

Gagasan ini optimis terwujud karena Kementrian Pendidikan Nasional , institusi formal tempat profesi BK bernaung, juga sedang mengembangkan infrastruktur jejaring maya yang menjangkau setiap sekolah di Indonesia. Artinya, pusat ICT BK akan mudah diakses oleh para konselor di sekolah-sekolah di seluruh pelosok. Namun, tantangan besar justru di pihak para pemangku BK itu sendiri, maukah secara konsisten dan kontinyu untuk mengembangkan pusat ICT. Pertanyaannya adalah: maukah kita menjadi pelaku sejarah untuk pengembangan keilmuan BK sekarang dan masa depan?

Terkait dengan kontinyuitas pusat ICT, proses pembelajaran di prodi-prodi BK, tidak bisa tidak,  harus membiasakan penggunaan ICT agar para dosen dan calon konselor sudah familiar dengan ICT, sehinggga merupakan ‘gayung bersambut’ bagi kehidupan pusat ICT. Keharusan ini rupanya tidak bisa ditunda lagi, mengingat beberapa kompetensi (calon) konselor berimplikasi pada penggunaan ICT. Kompetensi yang dimaksud adalah sebagai berikut (Depdiknas, 2008).

1)      Memanfaatkan hasil-hasil penelitian dalam bimbingan konseling. Kompetensi ini menuntut (calon) konselor  untuk melakukan browsing/mengakses jurnal-jurnal bimbingan konseling, pendidikan dan psikologi, dan kemudian mampu merangkum serta menyajikannya secara menarik/enak dibaca/mudah dipahami dalam bentuk gambar, bagan, grafik statistik, poster, photo dan sebagainya. Untuk itu (calon) konselor setidaknya menguasai browsing, program excel dan power point.

2)      Menganalisis kebutuhan konseli. Kompetensi ini menuntut keterampilan untuk entry data, melakukan analisis deskriptif dan inferensial, menyimpulkan dan menyajikan data dalam bentuk grafik/gambar statistik. Untuk itu (calon) konselor setidaknya menguasai program excel dan analisis data Spss.

3)      Menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi layanan bimbingan konseling kepada pihak terkait: orang tua, guru, kepala sekolah, pengguna informasi yang lai.  Kompetensi ini menuntut keterampilan untuk entry data, melakukan analisis deskriptif dan inferensial, menyimpulkan, mengemas dan menyajikan informasi dalam bentuk tulisan dan grafik/gambar statistik. Untuk itu (calon) konselor setidaknya menguasai program web/blog, face book, e-mail, power point, excel dan analisis data Spss.

4)      Mengadministrasikan hasil asesmen untuk mengungkapkan masalah-masalah konseli.  Kompetensi ini menuntut keterampilan untuk entry data, melakukan analisis deskriptif dan inferensial, menyimpulkan dan menyajikan data dalam bentuk grafik/gambar statistik. Untuk itu (calon) konselor setidaknya menguasai program data base, power point, excel dan analisis data Spss.

5)      Memilih dan mengadministrasikan instrumen untuk mengungkapkan kondisi aktual konseli.  Kompetensi ini menuntut keterampilan dalam mendesain instrumen secara computerize, analisis, penyimpanan dan sajian hasilnya dalam bentuk data base.

6)      Mengakses data dokumentasi tentang konseli. Kompetensi ini menuntut keterampilandalam mendesain sistem informasi data konseli baik individu maupun kelas. Untuk itu (calon) konselor setidaknya menguasai program web, analisis data Spss dan sistem data base.

7)      Mengomunikasikan dasar, tujuan, dan kegiatan layanan bk kepada pihak-pihak terkait. Kompetensi ini menuntut keterampilan dalam membuat bahan presentasi dengan power point dan program sejenisnya.

8)      Mengomunikasikan aspek-aspek profesionalisme bimbingan konseling kepada organisasi profesi lain. Kompetensi ini menuntut keterampilan dalam menulis artikel hasil penelitian/konseptual, pengalaman, pendapat dsb., untuk disajikan dalam forum-forum ilmiah. Untuk itu (calon) konselor perlu menguasai teknik browsing yang efektif, program analisis data dan power point.

Terkait dengan penggunaan ICT dalam pembelajaran calon konselor, maka struktur ketenagaan pendidikan konselor pun perlu diubah. Selama ini ‘hanya’ terdiri dari tenaga dosen yang berlatar belakang BK dan (beberapa) psikologi, tetapi di masa depan perlu pula tenaga yang menguasai khusus ICT dan pengolahan data.